Sunday, January 27, 2008
Tidak Ada di Rumah
Tidak Ada di Rumah..

Kriiiinngg.... Telepon di rumah berdering. "Ooo... Adi sedang tidak ada di rumah...," kata kakak menjawab pertanyaan teman saat mencariku. "Adi lagi kemana Mbak...??? tanya selanjutnya. "Nggak tau ya, Adi biasanya gak pernah pamit kalau keluar rumah...," jawab selanjutnya.

Itulah Aku! Anak hilang, yang kalau tidak ada di rumah, orang rumah gak pernah tau kemana aku pergi. Kebiasaan buruk, memang! Tapi itulah Aku, susah diatur...!!!

Tapi kali ini aku pamit meninggalkan rumah. Aku tidak ada di rumah ini karena sedang mendiami rumah lain. Lain halnya dengan Senja yang berstatus boyongan dari rumah lama ke rumah baru. Selain karna terlalu ribet dengan tetek-bengeknya, aku pergi meninggalkan rumah ini karna ingin mendiami rumah yang sudah lama aku buat namun jarang aku urus. Rumah lama itu akan aku diami selama mungkin aku bisa bertahan.

Di rumahku yang lain, aku bisa corat-coret seperti di rumah ini. Aku bisa memajang hasil jepretanku tanpa mencari tembok lain untuk memajangnya. Aku bisa menikmati video-video favoritku tanpa harus ke video player yang lain. Juga, aku bisa menata koleksi winamp favoritku disana. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui... MANTAB....!!!

Mohon Maaf atas ketidak nyamanan ini...

Salam

[adi-wiyono]

posted by adhi @ 1/27/2008 02:34:00 AM   2 comments
Sunday, January 20, 2008
Sepeda Kumbang

"Oemar Bakri"

"Laju sepeda kumbang, di jalan berlubang.
Slalu begitu dari dulu waktu jaman jepang.
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang.
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang."

Sepenggal lirik lagu Oemar Bakri karya Iwan Fals, bercerita tentang Bapak Guru yang bersepeda kumbang saat berangkat dan pulang mengajar. Memang sedari kecil aku sudah akrab dengan lagu ini. Namun, bukan sepenuhnya karena lagu itu aku berkeinginan punya sepeda onthel (sepeda kumbang).

Ingin sehat, itu alasan utama aku ingin memilikinya. Porsi olahraga berkurang drastis selama tinggal di kota ini. Salah satu dunia yang kurasakan hilang adalah dunia bersepakbola. Selama di Surabaya, setidaknya tiga kali dalam seminggu aku berkucuran keringat hasil dari mengejar dan menendang bola sepak. Di kota ini, jangankan seminggu berkeringat karena olahraga, sebulan sekali pun itu kalau ingat, berjogging ria di Taman Cilaki, Lapangan Gasibu, atau Lapangan Sabuga ITB .

Salah seorang teman, adi wiyanto, berinisiatif membeli onthel untuk perjalanan ke kantor. Karena motor temanku tersebut dihibahkan ke kakaknya, maka selama belum ada onthel dia selalu naik angkot, kadang juga jalan kaki ke kantor yang berjarak sekitar dua kilometer. Aku pun mendukungnya untuk membeli onthel itu. Dari Handining, teman yang berkantor di Surabaya dia bersepakat soal harga yang ditawarkan.

Selain untuk koleksi pribadi, Handining memang berbisnis sepeda onthel. Harga yang ditawarkan memang jauh lebih murah dari harga di Bandung. Di Bandung, harga bisa dua kali lipat bahkan tiga kali lipat dari harga pertemanan tadi. Hanya saja harga sepeda nanti akan ditambah dengan ongkos kirim ke Bandung. Tapi, it's oke lah... Cingcay lah...

Setelah melihat dan merasakan betapa nikmatnya berkendara diatas onthel, aku memutuskan untuk membeli onthel juga. Cuti lebaran 2007 aku mudik ke Surabaya. Saat malam takbiran sepeda aku ambil di kantor KOMPAS Biro Jatim tempat Handining bekerja. Sehari sebelum balik ke Bandung onthel aku paketkan dengan kereta api. Saat tiba di Bandung aku siap ber-onthel ria setiap harinya.

Selama Oktober 2007 hingga kini setiap hari badan berteteskan peluh. Saat berangkat kantor, peluh berkucur begitu deras karena jalan agak menanjak. Tapi itu bukan masalah, malah membuat badan fresh dan seger. Saat pulang kantor, onthelku menggelincir dengan tenangnya karena jalan lebih landai. Berteman dengan I-Pod Nano 4 Gigabyte, diiringi lagu Oemar Bakri, bertambah nikmat dunia serasa.

Ada filosofi yang bisa kuambil. Saat memulai sebuah perjuangan, kita harus bermandi keringat terlebih dulu. Saat mengakhiri perjuangan itu, kita akan merasakan betapa nikmatnya keringat tersebut. Semoga...!!!

Labels: ,

posted by adhi @ 1/20/2008 02:18:00 AM   5 comments
Monday, November 19, 2007
Sendiko Dawuh...!
Sendiko Dawuh...!

Sendiko Dawuh...! Ndoro Kanjeng Juragan...! Sendiko Dawuh dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai sebuah kata yang diungkapkan oleh seorang bawahan dalam menuruti perintah atasan. Sendiko Dawuh yang berarti kurang lebih bermakna "Iya, bersedia...". Bawahan, Abdi, Jongos, atau Babu berkisar dalam lingkaran Sendiko Dawuh...! Hanya mampu Sendiko Dawuh...! pada Ndoro, Kanjeng, atau Juragannya.

Seorang prajurit mengenal istilah yang sama dengan Siap Komandan...! Perintah atasan dalam hal ini Komandan adalah harga mati, tidak bisa ditawar, bahkan ditolak. Seorang teman saat ditanya kapan akan pulang mudik Idul Fitri 1428 Hijriah kemarin, dia menjawab, "Hanya Tuhan dan Komandan yang tahu..." Apakah kedudukan Komandan linier dengan Tuhan? Terserah kita memposisikannya.!

Taklid seorang Santri kepada Kiainya adalah wajah lain dari Sendiko Dawuh...! Tak hanya Santri yang taklid ke Kiai. Kiai pun bisa taklid ke Sesepuhnya. Seperti halnya seorang Gus Dur -mantan Presiden RI- yang taklid ke para Sesepuhnya. Beliau mau jadi Presiden kalau diperintah oleh lima orang Sesepuhnya. Baik saat terpilih menjadi Presiden lewat Pemilu tahun 1999 atau pun Pemilu tahun 2009 yang akan datang, beliau mesti menunggu restu dari lima kiai sepuh. Itulah budaya yang mengakar dilingkungan pesantren tanah air.

"Saya hidup dilingkungan pesantren Mas, saya dididik untuk taat pada Kiai saya," jawab Gus Dur saat ditanya soal ketaatannya pada Kiai sepuh di acara talkshow Kick Andy. "Bahkan disuruh masuk sumur pun Gus Dur mau?" tanya Andy F. Noya. "Iya, saya mau," jawab Gus Dur singkat. Itulah taklid !

Sendiko dawuh...! Siap Komandan...! atau pun Taklid adalah wajah ketaatan kita. Taat merupakan wajah lain dari taqwa. Posisi taqwa -kepada Tuhan- ada diurutan berapa?. Aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri. Karena aku masih seorang Jongos, Prajurit, dan Santri. Aku belum mencapai derajat hamba Tuhan. Lagi-lagi aku hanyalah seorang Jongos, Prajurit, dan Santri yang hanya mampu tunduk pada titah manusia.

Aku belum mampu Sendiko Dawuh secara kaffah pada Gusti Pangeran-Tuhan-ku.

Labels: ,

posted by adhi @ 11/19/2007 12:38:00 PM   9 comments
Monday, October 22, 2007
Pak Polisi yang Terhormat
Pak Polisi yang Terhormat


Masih saja kotaku tercinta dipenuhi oleh warga yang tidak tertib. Salah satunya adalah tidak tertib dalam hal berlalu-lintas. Hal itu akrab aku temui sejak aku masih tinggal disana. Dan sampai sekarang masih saja tetap aku temui. Hari pertama menginjakkan kaki saat cuti lebaran, malam harinya aku coba menuju ke rumah seorang teman di daerah Jalan Gubeng Jaya. Di perempatan Jalan Ngaglik, tepat saat traffic light sedang menyala merah, ketidak tertiban itu muncul.

Para pengendara sepeda motor saling serobot untuk mendapatkan tempat paling depan. Dengan harapan, agar nanti dapat lebih cepat melaju saat lampu menyala hijau. Yang aku sedihkan, hal itu tidak saja dilakukan oleh warga awam namun juga dilakukan oleh seorang Bapak Polisi. Bapak Polisi yang ternyata setelah aku ikuti dia mangkal di pos pengamanan lebaran didepan Mall THR (Taman Hiburan Rakyat) Surabaya.

Kalau yang tidak tertib itu seorang warga bisa aku maklumi. Tapi ini yang tidak tertib adalah Bapak Polisi yang Terhormat, yang mendapat pendidikan soal ketertiban lalu-lintas, yang harus menindak pelanggar lalu-lintas dan marka jalan, dan aparatur yang harus menjadi teladan masyarakat. Bapak Polisi ini berada dideretan depan melebihi batas traffic light dan memadati garis zebra cross. Walau tidak semua Bapak Polisi bertindak seperti itu -yang melanggar tersebut biasa disebut dengan oknum- aku semakin tambah apatis dengan POLISI.!

Dimanakah keteladanan Bapak POLISI? Apakah kami boleh menilang Bapak, saat Bapak melanggar ketertiban berlalu-lintas? Tentu saja kami hanya bisa melihat dan terenyuh...

Labels:

posted by adhi @ 10/22/2007 10:46:00 PM   3 comments
Sunday, October 21, 2007
Kerja adalah Cinta

Kerja adalah Cinta

Setelah seminggu lebih lamanya cuti, akhirnya hari ini, Minggu (21/10) aku kembali memulai bekerja lagi. Saat lagi asyik browsing klip Kla Project di You Tube, ada satu lagu yang berjudul Hey mempunyai lirik bagus yang diambil dari puisi Kahlil Gibran, yang sanggup memotivasiku untuk memulai bekerja dengan penuh cinta. Ceeilee...


Kerja adalah cinta yang mengejawantah
Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta
Hanya dengan enggan
Maka lebih baik jika kau meninggalkannya
Lalu mengambil tempat di depan gapura candi
Meminta sedekah dari mereka
Yang bekerja dengan suka cita

(dari sang Nabi – Kahlil Gibran)

Labels:

posted by adhi @ 10/21/2007 04:56:00 AM   2 comments
Wednesday, October 03, 2007
Mudik = Kembali ke Udik
Mudik = Kembali ke Udik

Pemerintah Indonesia akhirnya memperpanjang cuti bersama pada 12-19 Oktober 2007, sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 Hijriah, 13-14 Oktober 2007. Lho koq... Pemerintah tiru-tiru aku. Hehehe...

Pemerintah baru menetapkan cuti bersama itu Senin (1/10), sedangkan aku sudah menetapkan cuti sendiri -bukan bersama atau bareng-bareng- itu dari tanggal 18 September 2007 lalu. Dan Alhamdulillah cuti tersebut sudah di ACC oleh Bos. Sedangkan tetangga sebelah sangat sulit memperoleh ACC tersebut.

Cuti Idul Fitri berarti Mudik. Mudik berarti kembali ke udik. Udik berarti kampung. Yaaa... Aku pulang kampung... Aku pulang ke Kampung Bonek tercinta. Aku bakal kembali menjadi hitam legam lagi, kembali kucel lagi, setiap hari berteman dengan panasnya kota pesisir laut itu. Beda dengan kota ini yang membuatku tambah putih bersih dan tambah endut.

Banyak kemudahan diberikan oleh-Nya setiap aku ambil cuti. Cuti sebenarnya mulai tanggal 12 Oktober 2007, berhubung bisa tukar shift jadi bisa berangkat mudik tanggal 11 Oktober 2007. Kereta Turangga keberangkatan pukul 19.00 wib yang bakal mengantarkan pulang kampung. Tiket Kereta pun nggak perlu aku peroleh dengan antre berlama-lama di stasiun, tinggal nitip ke teman yang punya koneksi dengan Humas PT KA, tiket pergi pun sudah terbeli. Matur nuwun Cak...!!! Tiket untuk pulang (balik ke Bandung) tanggal 19 Oktober pun tinggal kontak kakak ipar di Surabaya. Esok harinya dering handphone mengabarkan kalau tiket sudah terbeli, dengan kereta yang sama dan harga tiket yang sama pula. Matur nuwun Cak...!!!

Cuti lebaran ini ada satu momen yang sangat aku nantikan. Sungkem ke Bapak tercinta, ziarah ke makam Emak tercinta, dan cium tangan Kakak-kakak tersayang. Hidup ini serasa lengkap sudah. Tak ketinggalan, saat itu aku bisa bercengkrama dengan semua keponakanku. Yang bikin pusing bin puyeng, dompetku bakal terkuras habis buat angpau mereka. Yach, risiko punya banyak keponakan. Hehehe...

Semoga cuti kali ini diberikan kelancaran dan tidak ada halangan seperti halnya cuti terdahulu. Semoga kereta yang aku tumpangi nggak anjlok. Hehehe... "Tapi aku berharap keretane anjlok Di. Khan iso langsung tak liput," kata temenku yang berharap kereta yang ditumpanginya anjlok saat pulang dari Yogya bulan lalu . Dasar otak wartawan, isine pengen liputan terus.....


Selamat cuti buat yang cuti... Selamat merayakan Idul Fitri di kampung halaman tercinta...

Labels: ,

posted by adhi @ 10/03/2007 04:29:00 AM   5 comments
Friday, September 28, 2007
Jangan Beli Buku Ini
Jangan Beli Buku Ini

Belanjakan uang anda dengan bijak; Jadi jangan beli buku ini!! Dialog dua tokoh kartun Benny & Mice di sampul belakang buku Benny & Mice; Jakarta Luar Dalem ini malah tidak membuat seseorang tidak tertarik membeli buku ini, bahkan sebaliknya. Saya sendiri menganjurkan Anda untuk mengoleksi buku tersebut. Humor gaya snob di-jlentreh-kan secara vulgar dan tanpa tedeng aling-aling.

Snob, menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang senang meniru gaya hidup atau selera orang lain yang dianggap lebih daripadanya tanpa perasaan malu. Itulah gaya humor yang dihadirkan oleh Benny & Mice setiap minggu pagi di Harian KOMPAS. Dua tokohnya Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad mampu mengolah fenomena Jakarta dari sudut pandang gaya hidup menjadi humor ringan dan menohok. "Katanya, hidup di Jakarta lebih baik kurang berat badan daripada kurang gaya...". Ungkapan itu tampak jelas tergambar saat keduanya meniru tren mengalungkan flashdisk dileher, namun yang mereka berdua lakukan bukan mengalungkan flashdisk, melainkan mengalungkan sebuah Hard-disk. Ampunnnn...

Sepulang dari Gramedia Jalan Merdeka, Bandung, aku lemparin aja buku ini didepan Yohanes Adi Wiyanto yang lagi asyik nonton tipi. Selang dua-tiga menit, "Kakakakak...." meledaklah tawa itu. Tak ayal penghuni kost yang lain pada bingung. "Dasar orang gila...," pikir mereka. Memang buku ini dijamin mengocok perut. Dan dijamin jadi orang gila dadakan.


Katrok, ndeso, culun, umpatan Tukul keluar semua melihat tingkah polah Benny & Mice. Gimana nggak katrok, lha wong sok punya tipi plasma, yang ada malah njembol tembok rumah nembus tembok tetangganya. Si tetangga kebagian pantat dan angetnya tipi itu aja. Dasar wong ndeso.....

Dont try this at home.

"Wah... iki umpamane ditiru cah cilik piye dab...?" tanya Yohanes Adi. "Kenopo dab...?" ganti tanyaku. "Lha iki untu diwenehi kawat berduri. Kuping ditindik nggawe kandang manuk," sambil menunjuk gambar halaman 8 dan 11. "Begini dab...," kataku. "Aku pas tuku buku kuwi, pertama nggoleki ning kumpulan buku kartun dan komik gak nemu. Pas aku takon ning Customer Service, jarene ono ning koleksi hobi. Ternyata, tenan, ono ning koleksi hobi," sambungku. "Berarti, kemungkinan besar pihak Gramedia wis mikir soal iki dab...". Jadi, buat kamu semua, dont try this at home!!!. Lucu banget tapi mengkhawatirkan kalo ada yag menirunya. Gawat ....











Dian Sastroisme.

Soal imajinasi mereka berdua terhadap Dian Sastro sama halnya dengan diriku, yang meng-imajinasi-kan punya pacar seperti Dian Sastro. Hehehe.... Ngarep.... Beberapa kali mereka mengimajinasikan Dian Sastro. Saat jadi joki three in one, mereka berdua melihat seorang gadis naik mobil otaknya sudah membayangkan Dian Sastro. Saat telepon menggunakan kamera -bukan hanya memotret dengan HP- seakan sedang ngobrol dengan Dian Sastro. Teman kantor pada tau semua kalo aku naksir berat ama Dian Sastro. Hehehe... Wallpaper PC pake Dian Sastro. Screen saver pake slide poto-poto Dian Sastro. Display image YM juga pake headshot Dian Sastro.

Kurang apa.....??? Sing pasti kurang waras... Hahaha....
Penasaran.

Yang membuat aku penasaran sampai sekarang adalah, bagaimana tampang sebenarnya kedua tokoh ini. Apakah sama seperti yang digambarkan di buku kartun tersebut. Sama-sama bermuka lucu, culun, bin katrok. Hahaha... Tapi berotak encer dan punya selera humor yang TOP... Salut....



Dan lagi, apakah gambar serta ide kartun itu kontribusi mereka berdua secara kolektif? Atau ada pembagian tugas masing-masing, seorang spesialis gambar dan seorang lagi spesialis ide? Lebih-lebih aku penasaran bagaimana seri yang berikutnya, Jakarta Atas Bawah.

Ayo... buruan koleksi.....

Labels:

posted by adhi @ 9/28/2007 01:39:00 AM   2 comments
 
About Me


Name: adhi
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Template by
Free Blogger Templates