Thursday, August 30, 2007
Mad Suro Part 3

Mad Suro Part 3

Aneh memang, tapi diranah pergilaan ini tidak ada yang aneh. Seorang pemuda yang pernah dinyatakan sakit parah bahkan divonis akan mati, malah dihadapkan pada realitas bertolak belakang. Pemuda yang sedang "kinyis-kinyis"nya menikmati bangku kuliah divonis menderita Hepatitis A, yang secara medis katanya akibat makanan "kotor", tidak higienis, tidak sehat.

Pasca opname, setiap kali berangkat kuliah dia dibekali sebungkus nasi dan lauk-pauk "higienis" dari rumah. Saat memasuki areal kampus, dia melihat gembel lusuh tak terawat sedang meng"obrak-abrik" tumpukan sampah. Gembel yang katanya gila itu berlomba dengan seekor ayam mencari makanan yang bisa dimakan.

Walau sedikit pelit tak sekalian merelakan sendoknya, pemuda itu iba dan bermurah hati merelakan sebungkus bekalnya untuk gembel tersebut. Tak perlu sendok, tak perlu garpu, tak perlu sumpit, tangan kotor itu tak mampu men-stop makanan masuk ke mulutnya tanpa permisi. Tak ayal, ayam yang tadi bersaing dengannya sontak terbengong-bengong dan iri hati.

Tak lama pemuda tersebut berlalu meninggalkan tempat itu, ada suara cepat berlalu berkata, "Orang gila aja nggak mati".

Itulah enaknya jadi orang Gila...!!!

Labels:

posted by adhi @ 8/30/2007 06:59:00 AM   2 comments
Mad Suro Part 2

Mad Suro Part 2

Kecil ditambah kecil sama dengan setengah besar. Saat bilangan umurku setengah besar, ada tokoh baru yang muncul. Ada tokoh yang diregistrasi bahkan heregristasi untuk disebut gila. Pagi, ia berjalan menuju Utara. Sore, ia menuju Selatan. Apakah rumahnya di selatan? Aku tidak tahu?. Yang aku tahu, kesana-kemari ia membawa papan beroda yang diatasnya dipenuhi barang rongsokan.

Orang menduga, "Orang ini mungkin seorang pebisnis besi tua yang gagal hingga menjadi gila". Itu hanya dugaan manusia yang merasa sehat. Dugaan yang tak memikirkan latar belakang, fakta, atau bahkan riwayat hidup seseorang. Apakah dugaan itu sehat atau hanya dugaan rongsokan belaka?.

Tersebut nama, Rohim, seorang lelaki tua bertubuh kekar, berjenggot lebat, yang kadang kala terlihat menikmati senandung yang dinyanyikannya selama perjalanan. Kenikmatan itu seakan singgah dalam senandung lirih yang mampir hanya ditepi kerut bibirnya saja.

Itu bagian gila-ku saat setengah besar umurku.

Labels:

posted by adhi @ 8/30/2007 06:41:00 AM   0 comments
Mad Suro Part 1

Mad Suro Part 1

Wanita itu mungkin ditakdirkan gila. Wanita itu mungkin ditakdirkan cacat. Cacat secara mental yang terdefinisi dengan gila. Cacat fisik yang kasat mata tersirat dari tangan dan kaki kanannya. Dengan kompleksitas cacat di raga maupun jiwa wanita itu, maka manusia lain yang "GR" akan dirinya, -sebagai makhluk tersempurna- akan dengan mudah semena-mena mengolok, menghina, mengumpat bahkan meludahi wanita tersebut.

Manusia ber"label" waras pun pernah seenaknya menggunduli mahkota wanita tak waras itu. Jadi, manakah yang lebih waras?. Bagi yang belum pernah mendapat ilmu anatomi tubuh, maka wanita ini seringkali memberi kuliah gratis. Disebuah sumur yang terletak diluar rumah tetanggaku, wanita itu seringkali mandi bertelanjang bulat dengan beberapa bagian tubuh yang bulat.

Mahasiswanya antara lain, tukang becak, bandar togel, preman kambuhan, Ibu RT, Pak RT, bahkan murid TK yang baru pulang sekolah -tekun menikmati kuliah itu karna disekolahnya belum ada kurikulum anatomi tubuh-. Sepenggal memori yang berkelebat mengingat kegilaan manusia yang tidak gila dan tidak mau dianggap gila karena merasa sempurna -seperti yang pernah disuratkan-Nya-.

Itu hanya sepenggal kenangan kecil semasa kecil.

Labels:

posted by adhi @ 8/30/2007 06:10:00 AM   1 comments
Monday, August 27, 2007
Ode to My Family
Ode to My Family

Senin (27/8), pukul 14.45, saat masuk kantor, dimeja ada sebungkus paket berwarna cokelat. Dibagian depan paket tertulis Kepada Yth. Om Adi Wiyono, dari Isnul dan Haqqi. Wah, sebuah paket dari keponakan tersayang di Surabaya. Aku menduga dan pasti benar dugaanku, ini pasti paketan hadiah buatku. Benar-benar diluar dugaan, seorang Om dikasih hadiah oleh para keponakannya. He-he-he....

Pertama dibuka, terlihat sebuah bola sepak, sebuah peluit kecil dan sebuah foto. Didalamnya terselip sebuah surat yang ditulis oleh Haqqi [Ahmad Nahrul Baihaqqi], anak pertama dari Kakak nomor dua. "Selamat Ulang tahun yang ke-26 semoga panjang umur, semoga banyak rezeki. Kalau rezekinya banyak jangan lupa sama Haqqi. Om, sorri Haqqi cuma bisa ngasih bola, Icha ngasih peluit. Sori ya bolanya nggak beli maklum lagi nggak punya uang (bokek). Semoga Om Adi seneng menerima hadiah ini. Om, kalau sudah nyampek kasih kabar ya."

Mereka paham betul kalau sampai sekarang aku masih suka sepakbola. Maka dihadiahilah aku sebuah bola sepak plus peluit. Bola sepak bermerk Gillette yang dikatakan nggak beli adalah sebuah bola sepak souvenir Gillette dari Ayah Haqqi yang seorang marketing Gillette. Yang paling membuat aku tertawa dan rindu akan rumah adalah sebuah foto keponakanku yang biasa dipanggil Icha. Icha [Nabila Rasya Kanahaya], anak kedua dari kakak nomor dua berpose dan berkostum ala Mbok Jamu saat akan mengikuti karnaval 17 Agustus-an di kampung. Imut dan lucu banget.... He-he-he...

Ternyata, ada satu bungkus lagi yang lebih kecil. Didalamnya juga terselip surat yang ditulis oleh Isnul [Isnul Rahmawati Diniasih], anak pertama dari kakak nomor tiga. "Selamat Ulang tahun Om Adi. Semoga panjang umur sehat selalu dan tak lupa banyak rezeki [dan jangan lupa bagi-bagi sama Isnul rezekinya]. Om ini ada kado dari Isnul dan Agis kaos kaki untuk kerja dan sepakbola, biasanya kan kaos kaki Om Adi bolong."

Agis [Muhammad Agis Insyaful Rahmad], anak kedua dari kakak nomor dua, terakhir aku denger kabar kalau dia meraih juara I dibeberapa lomba di TK Ujung Galuh tempat dia sekolah. Isnul, tahu benar kalau aku sering memakai kaos kaki bolong. Dia pandai mengaji juga menulis huruf arab, terlihat dari surat yang dia buat diawali dan diakhiri dengan salam dalam bentuk tulisan arab. Maklum, bapaknya adalah seorang alim.

Bentuk perhatian dan cinta yang ditunjukkan para keponakanku sangatlah bernilai melebihi berjuta uang sekalipun. Hadiah itu tak bernilai secara materi namun sangat bernilai secara batin dan rohani. Layaknya segelas dopping yang mampu memompa semangatku lagi untuk terus melangkah dan berjuang. Dulu, mereka sering aku lupakan demi menomor satukan orang lain. Namun, dari dulu sampai sekarang, waktu aku "terjatuh" ataupun sudah "bangun", mereka tetep setia dengan senyum manisnya.

Keluarga dan keponakanku yang mencintaiku, aku juga mencintai kalian semua. Semoga Allah S.W.T selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kalian. Semoga diberikan kesehatan, keceriaan dan kerukunan didalam keluarga. Semoga diberi jalan yang terbaik bagi Allah untuk perjalanan masa depan kalian nanti. Semoga kalian menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada Agama, Orangtua dan Negara. Semoga diberikan kepandaian dan kejujuran. Aammiiiinn....

Aku rindu canda tawa dan senyum ceria atau tangis manis keponakan tercinta.... Aku ingin pulang dan memeluk kalian....
I Love You All......

Labels:

posted by adhi @ 8/27/2007 08:07:00 PM   2 comments
Friday, August 24, 2007
Opiniku

Opiniku

Disebuah pelataran rumah mewah.

Seekor anjing menggonggong karena kelaparan. Gonggongan si anjing mampu menarik perhatian sang majikan. Majikan menghampiri dengan tenangnya dan menawarkan pilihan makan siang si anjing. Saat sebungkus makanan favorit si anjing disodorkan untuk dipilih, si anjing menggangguk pertanda suka. Tak lama, sang majikan keluar dari dapur setelah membuatkan hidangan si anjing. Di pelataran si anjing tampak tersenyum karna hidangan favoritnya telah siap disantap.

Dengan lahap si anjing menikmati semangkuk makanan favoritnya. Bahkan sampai dijilati tak bersisa. Setelah kenyang, si anjing dengan enaknya berlalu menuju halaman samping rumah. Disana dia bisa bermain atau tidur pulas selepas perut terisi penuh. Sang majikan dengan sabar dan telatennya membereskan tempat makan si anjing. Dan dibawanya mangkuk itu ke dapur untuk dicuci. Disaat yang sama dan hal yang sama akan selalu terulang setiap harinya.

Disebuah perkantoran mewah.

Seorang majikan merasa siang itu lapar sekali. Dengan berteriak sang majikan memanggil seorang office boy. Si office boy dengan tenangnya menghampiri sang majikan. Si office boy menawarkan menu makanan siang, disaat menu sesuai dengan selera, sang majikan mengganggukkan kepala pertanda suka. Tak lama, si office boy sudah kembali lagi kekantor dengan membawa sebungkus makanan yang dipesan majikannya. Di belakang meja kantor, sang majikan tampak tersenyum karna pesanannya sudah datang.

Dengan lahap sang majikan menikmati semangkuk makanan favoritnya. Bahkan sebulir nasi pun tak disisakannya. Setelah kenyang, sang majikan dengan enaknya berlalu menuju lantai bawah kantor. Disana dia bisa bermain atau tidur pulas selepas perut terisi penuh. Si office boy dengan sabar dan telatennya membereskan tempat makan sang majikan. Dan dibawanya mangkuk itu ke dapur untuk dicuci. Disaat yang sama dan hal yang sama akan selalu terulang setiap harinya.

Opiniku.

Sebuah lagu dari Iwan Fals berjudul "Opiniku" mengingatkanku akan hal ini :

Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan...

Pesan agar kita berbeda :
1. Tidak perlu "menggonggong" untuk menyuruh office boy.
2. Setelah kenyang, jgn biarkan meja kantor dikotori oleh tempat makanan kita.
3. Setelah kenyang, taruh sendiri piring ke dapur tanpa menyuruh office boy.
4. Kalau perlu, cuci sendiri sampai bersih.
5. Kalau perlu, mulai sekarang jadilah office boy... Hehehe......

Salam Cinta...


Labels:

posted by adhi @ 8/24/2007 01:09:00 AM   3 comments
Thursday, August 23, 2007
Menertawakan dan Ditertawakan

Menertawakan dan Ditertawakan

Semakin lucu saja Indonesia ini. Banyak cerita lucu terekam tiap saat diranah tercinta ini. Seorang yang tugasnya melucu malah bakal menjadi seorang pesakitan dan terancam menikmati hidup dihotel prodeo. Margono alias Gogon, seorang seniman lawak Indonesia yang khas dengan rambut jambulnya tertangkap basah menghisap shabu. Tertangkapnya Gogon semakin menambah panjang deretan seniman lawak Indonesia yang pernah merasakan hidup dibui setelah kedapatan nyabu.

Sebelumnya, ada sederetan nama tenar didunia hiburan tanah air yang pernah mencicipi hotel prodeo. Sudarmadji alias Doyok, Kamis (20/07/2000), ditangkap anggota Satuan Reserse Narkotika Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya setelah mengisap shabu di rumahnya di Jalan Gunungsutra, Perumahan Lippo Karawaci, Tangerang. Agustus 2000, teman Doyok di Srimulat, Barata Nugraha alias Polo juga tertangkap menikmati Shabu. Saat itu, Polo yang tengah asyik menghisap shabu-shabu di kamar Hotel Mega Matra, Matraman, Jakarta Timur, digerebek Satuan Narkoba Polda Metro Jaya.

Seakan tidak pernah jera, Polo tertangkap lagi dengan kasus yang sama, Rabu (03/06/2004). Pelawak yang satu ini ditangkap petugas Polsek Metro Kramat Jati, Jakarta Timur sedang mengisap shabu-shabu di penginapan Vila Citra Kramat Jati. Tak mau kalah dengan dua rekannya didunia lawak, giliran Derry Sudarisman personil Grup Lawak Empat Sekawan juga pamer "kebolehan" ditangkap yang berwajib. Rabu (07/07/04), Derry bersama seorang pelawak lain bernama Cacan, ditangkap di kamar 356 Hotel Oasis Amir di kawasan Senen. Catatan terakhir adalah Gogon yang ditangkap di kediamannya di Perumahan Bandara Mas, Sela Panjang, hari Rabu (22/8/2007) dinihari sekitar Pukul 04.00 WIB.

Pertanyaannya adalah: Apakah mereka -seniman lawak shabu- itu tidak cukup bahagia? Apakah mereka tidak puas ditertawakan penonton, hingga ingin menertawakan diri sendiri saat fly singgah? Apakah kesenangan hidup yang didapatkan saat ditertawakan atau menertawakan kurang berlimpah? Apakah dan apakah.... Kita hanya bisa bertanya sambil tertawa atau ditertawakan...

Mengutip kata-kata Mr. Lambe nDower, "Indonesia.. Indonesia... Wis Kere, Goblok, Ngisin-ngisini sisan..."

Mari kita tertawa melihat Indonesia yang semakin lucu.
"Tertawalah sebelum tertawa ditarik pajak." [Warkop DKI]

Labels:

posted by adhi @ 8/23/2007 01:02:00 AM   0 comments
Monday, August 20, 2007
Nasionalisme...
Nasionalisme...


Kamis (16/8) menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke-46, Harian KOMPAS di tiap halamannya terdapat kutipan-kutipan suara rakyat Indonesia memaknai Nasionalisme. Ada banyak kutipan menarik yang menandakan bahwa mereka masih peduli dan cinta akan tanah airnya, Indonesia. Salah Satu contoh adalah : "Saya lebih memilih tas buatan Tanggul Angin-Sidoarjo ketimbang tas bermerk meski bisa nitip ke suami yg kadang-kadang dinas ke luar negeri", kata Dhani, 42 tahun, Jakarta.


Ada satu kutipan lagi yang juga menandakan kecintaan seorang rakyat akan negerinya yang masih karut-marut dan penuh problema ini. "Banyakin nonton film, dengerin lagu-lagu Top-40 Indonesia. Yuuuwk mareee dukung film dan musik Indonesia", kata Arum Sekar, 26 tahun, Jakarta.

Beda lagi dengan kecintaanku terhadap negeri ini. Manifestasi cinta terasa saat kudengarkan lagu-lagu Campursari, gending-gending Jawa, atau palaran-palaran Jawa. Hidup terasa tentram, adem, dan damai. Saat ingin terhibur dengan guyonan khas Jawa Timuran, tinggal puter MP3 Kartolo. Kartolo, grup Ludruk asli Surabaya, Jawa Timur, yang menghadirkan humor-humor kelas tukang becak, humor warung kopi, humor khas arek Suroboyo-an. Seperti halnya nama grup band Bonjovi, nama Kartolo diadaptasi dari nama seorang anggota grup ludruk tersebut, yaitu Cak Kartolo.

Di setiap pembuka ludrukan grup Kartolo, selalu dibuka dengan Kidungan Jula-juli. Ada satu Jula-juli yang menggelitik, "iwak tahu digondol kucing, aku rabi lemu bolak-balik kebanting...". Dan ada penutup Jula-juli yang selalu teringat lekat dikepala, "Yu painten ketiban jendelo, cekap semanten kidungan kulo...". Skenario cerita banyak bertutur tentang problematika yang dihadapi masyarakat kelas bawah. Paling sering adalah soal intrik pertemanan yang dibumbui humor segar dan akrab ditelinga arek Suroboyo.

Seorang teman dinegeri sebrang mengolok seleraku lewat window yahoo messenger. "Halah... dasar mbah-mbah...", cetus Neni Mariana yang sekarang lagi meguru di negeri Kompeni. Bahkan, seorang adi wiyanto teman asli Yogya mengaku sebel kalau mendengar Jula-juli yang seringkali diawali dengan kata "awan-awan" (awan = siang dalam bahasa Jawa Timur-an). Banyak kosakata bahasa Jawa Timur-an khususnya Suroboyo-an yang berbeda dan terasa aneh ditelinga orang asli Jawa Tengah atau Yogya.

Tapi inilah yang namanya Cinta. Kata orang, kalau cinta sudah melekat, tai kucing rasa cokelat. "Rasa cinta terhadap seni dan budaya lokal daerah, wujud cinta dan kasihku akan negeri Indonesia tercinta ini."


MERDEKA CAK....!!!

Labels:

posted by adhi @ 8/20/2007 12:31:00 AM   0 comments
Tuesday, August 14, 2007
Banyak Kisah
Banyak Kisah


Ada banyak wajah, ada banyak pakeliran, ada banyak frame yang bisa mengisahkan setangkup ketaatan seorang hamba kepada Pencipta di kehidupan malam, pagi, pun siang. Ada kisah berbau wangi, ada kisah beronak duri, pun kisah beraroma sufi. Dalam sebuah pencarian atau dalam sebuah perjalanan ditengah pertemuan yang manis dengan Sang Tuhan. Anak manusia memang tak punya daya, yang bisa hanya menengadah meminta. Illah maha segala dan tak sedikitpun berpunya sahaya.


Satu wajah berkelebat lewat depan muka. Wajah yang selalu sama, khusuk ditengah malam sunyi yang berselimut dingin. Wajah itu berulang berkelebat saat langkah melewati sebuah bangunan nan cantik. Selembar bahkan dua lembar koran tak peduli dari terbitan mana, tak peduli berapa oplahnya, yang dia peduli, bisa untuk alas bersimpuh saat tengah malam menerkam. Setiap aku berkelebat atau dia yang seakan berkelebat, pemandangan yang sama yang ada. Selembar bahkan dua lembar koran dan setangkup tangan menengadah meminta dalam do'a. Teman setia disebelahnya lebih setia dengan nyenyak tidurnya pun berjuta impinya. Namun, wajah itu lebih setia dengan kecintaannya pada Tuhannya. Aroma malam saat itu wangi sekali...


Saat matahari masih malu menampakkan senyumnya, senyum tersungging pemuda separuh baya seraya menyapa. Tak lama, setelah terdengar panggilan suci, pemilik senyum itu membasuh pipi tempat bersemayamnya sang senyum pagi. Selembar bahkan dua lembar koran lalu digelarkannya. Pakeliran pagi dan pagelaran beruntai kalimat indah dimulai. Kalimat indah, senandung pujian teruntai dalam kosmos do'a. Beralas selembar bahkan dua lembar koran, akrab dengan petak-petak putih ubin keramik nan cantik. Petak-petak itu semua putih, seputih cintanya pada Tuhannya. Anak manusia mulai merayap dan bergelanyut membuka tirai sang pagi. Pakeliran pagi itu mempersilakan perjalanan beronak duri dimulai...


Siang membuai telanjang tergerai. Terik sengatan lidah yang mulai tak akrab lagi seperti pagi tadi. Frame seorang kawan setia tempat tertawa, tempat terbahak penuh canda, lebih memilih setia pada Tuhannya. Dia langkahkan kakinya menelusur kearah anak sungai. Diantara bebatuan kali kawan setia membasuh diri hingga suci. Selembar bahkan dua lembar koran digelarkannya diatas hitam batu kali. Dihadapkannya dan disujudkannya raga tak berharga pada Sang Kuasa. Dipanjatkannya dan dihaturkannya semua hajat dan pinta. Gemericik sungai beriring gemericik tasbih bergesek, seraya teruntai kalimat suci terjuntai. Kawan setia lebih cinta pada Tuhannya layaknya seorang wali yang sufi...


Dimanapun dan kapanpun, Tuhan senantiasa bersemayam. "Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [Qaff : 16]

Labels:

posted by adhi @ 8/14/2007 06:57:00 PM   2 comments
Thursday, August 09, 2007
Gempa, Handphone & Remote TV


Gempa, Handphone dan Remote TV





Sebagian besar wilayah di Indonesia Kamis (9/8) sekitar pukul 00.05 diguncang gempa dengan kekuatan 7,5 Skala Richter. Gempa yang berpusat di Indramayu itu tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan fisik. Bahkan syukur Alhamdulillah gempa dengan kekuatan sebesar itu tidak mengakibatkan tsunami.

Saat itu suasana kantor masih banyak penghuni. Setelah selesai kerja dan rapat mingguan, kebanyakan dari mereka tidak langsung pulang. Ada beberapa yang masih ngobrol di balkon depan lantai 3. Ada juga yang asik ngobrol, nonton tv, atau browsing didalam kantor. Setelah lama ngobrol didepan, obrolan berlanjut didalam. Asik ngobrol soal musik tiba-tiba kursi bergoyang dengan sendirinya. Dengan perasaan kaget dan bingung langsung saja kuberdiri dari tempat duduk. Dengan cepat seorang kawan berteriak gempa, tak ayal semua pada ketakutan. Dan dengan terburu-buru bercampur rasa takut kita bergerombol menuruni tangga darurat.




Setelah sampai di pos sekuriti lantai dasar kantor, ternyata penghuni lantai 2 yang hanya tersisa Mas Adri, Spv. TI sudah ada disana. Dengan masih menyisakan rasa kaget dan takut dia bercerita, "aku bingung, aku kira tadi suara hujan, eh... ternyata gempa". "aku kira HP yang aku bawa, langsung saja aku masukan saku, eh... ternyata yang aku bawa remote TV"

Labels:

posted by adhi @ 8/09/2007 01:54:00 AM   5 comments
Wednesday, August 01, 2007
Kemampuan Memilih

Dikutip dari Milist Inspirasi Indonesia

Kemampuan Memilih

Dicky adalah manajer sebuah restoran. Ia selalu dalam keadaan bugar secara emosional. Ketika seseorang bertanya tentang kabar atau keadaannya, ia selalu menjawab dengan gembira, "Jika saya bisa lebih baik, saya pastilah kembar!".
Sejumlah pegawai restoran akan berhenti dari tempat kerjanya saat Dicky memutuskan pindah, agar mereka dapat ikut bekerja lagi bersama Dicky di restoran yang baru. Mengapa?
Sebab Dicky adalah motivator yang handal. Jika seorang pegawai mengeluh tentang hidupnya, Dicky selalu bersedia mendengarkan, dan kemudian mengajak pegawai tersebut melihat situasi yang dialaminya dari sisi yang positif.
Melihat caranya yang demikian membuat saya sangat ingin tahu, sehingga suatu hari saya menemuinya dan bertanya langsung padanya: "Saya tak mengerti! Tidak seorang pun yang pernah saya kenal bisa bertindak selalu positif seperti Anda. Bagaimana Anda bisa demikian positif terhadap segala sesuatu?"
Dicky menjawab, "Setiap pagi saya bangun dan berkata pada diri sendiri, saya punya dua pilihan hari ini. Saya bisa memilih untuk merasa baik ATAU merasa buruk hari ini. Saya selalu memilih untuk merasa baik. Setiap kali ada hal buruk yang terjadi, saya masih bisa memilih merasa menjadi korban ATAU memilih untuk menarik pelajaran dari hal-hal tersebut. Saya selalu memilih untuk menarik pelajaran dari kejadian seburuk apapun. Setiap kali seseorang datang untuk mengeluh pada saya, saya bisa memilih untuk menerima keluhan mereka ATAU mencari sisi positif dari keluhan tersebut. Dan saya selalu memilih untuk mencari sisi positifnya.”
"Tapi pastilah tidak selalu semudah itu,“ bantah saya. "Ya semudah itu," kata Dicky. "Hidup adalah soal pilihan-pilihan. Ketika Anda melihat semuanya dengan jernih, setiap situasi adalah sebuah pilihan. Anda memilih bagaimana merespons sebuah situasi. Anda memilih bagaimana orang lain mempengaruhi suasana hati Anda. Anda memilih untuk merasa baik atau merasa malang. Andalah yang memilih bagaimana menjalankan hidup Anda sendiri”.
Beberapa tahun kemudian, saya mendengar kabar bahwa Dicky secara tak sengaja melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh siapa pun yang mengelola bisnis restoran. Ia meninggalkan pintu belakang restorannya terbuka tak terkunci.
Lalu?
Pagi harinya ia dirampok oleh tiga orang bersenjata. Mereka menginginkan semua uang yang dimilikinya. Ketika Dicky mencoba membuka safe deposit box-nya, tangannya gemetar karena gugup, sehingga ia tak bisa memutar kombinasi yang tepat. Para perampok menjadi panik dan menembaknya sebelum kabur.
Untunglah, Dicky cepat ditemukan dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Setelah 18 jam operasi dan berminggu-minggu perawatan intensif, Dicky akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit dengan sejumlah pecahan peluru masih tertinggal dalam tubuhnya.
Saya bertemu lagi dengan Dicky sekitar 6 bulan setelah kejadian tersebut. Dan ketika saya menanyakan keadaannya, ia menjawab, "Jika saya bisa lebih baik, saya pastilah kembar. Mau lihat bekas lukanya?"
Saya menolak melihatnya, tetapi bertanya apa yang ada dibenaknya ketika perampokan berlangsung. "Hal pertama yang melintas dalam pikiran adalah saya seharusnya mengunci pintu belakang," jawab Dicky. "Lalu, setelah ditembak, saya terbaring dilantai, saya ingat bahwa saya memiliki dua pilihan: saya bisa memilih untuk mencoba bertahan hidup ATAU memilih mati. Saya memilih tetap hidup."
"Apakah Anda tidak merasa takut?“ tanya saya. Dicky meneruskan, “Paramedis sungguh luar biasa. Mereka mengatakan bahwa saya pasti bisa diselamatkan. Namun ketika mereka mendorong saya ke ICU dan saya melihat ekspresi wajah para dokter dan perawat, saya benar-benar menjadi takut. Dari sorot mata mereka, saya membaca ‘orang ini akan mati’. Saat itu saya tahu saya harus melakukan sesuatu.”
"Apa yang Anda lakukan?" tanya saya. "Nah, ada seorang perawat yang bertanya kepada saya," kata Dicky. "Ia bertanya apakah saya alergi terhadap sesuatu." “Ya,” jawab saya.
Para dokter dan perawat berhenti bekerja dan menunggu penjelasan saya lebih jauh. Saya menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Saya alergi peluru! Tolong keluarkan peluru itu dari tubuh saya'. Itu membuat mereka tertawa. Ditengah tawa mereka, saya berkata, 'Saya memilih untuk hidup. Tolong operasi saya seperti orang yang ingin tetap hidup, bukan seperti orang yang akan mati’.

Dicky bertahan hidup karena kemampuan para dokter yang menangani operasinya, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan.

Saya belajar darinya bahwa setiap hari Anda punya pilihan untuk menikmati hidup Anda atau membencinya dengan alasan apapun. Hal satu-satunya yang merupakan milik Anda---sesuatu yang tidak bisa dikendalikan atau diambil dari diri Anda---adalah sikap pribadi Anda. Dan jika Anda menjaga sikap Anda tetap positif, maka hal apapun yang lain dalam hidup ini akan menjadi lebih mudah untuk dihadapi.

Tidak jelas apakah kisah Dicky di atas berasal dari kisah nyata atau rekaan para penganut positive mental attitude. Namun satu hal jelas bagi saya bahwa ada sebuah wilayah dalam diri setiap manusia yang memang tak bisa dipaksa oleh apapun atau oleh siapapun secara mutlak. Dalam wilayah itu, terdapat potensi kemampuan untuk memilih secara relatif bebas. Kita bebas memilih apa yang ingin kita pikirkan, apa yang ingin kita rasakan, apa yang ingin kita katakan, dan apa yang ingin kita lakukan terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kemampuan untuk secara relatif bebas memilih sikap pribadi ada pada kita, ada di dalam diri kita. Kemampuan untuk bisa memilih secara bebas bahkan menjadi salah satu ciri pokok dari keadaan kita sebagai manusia. Kita bukan mesin komputer yang harus menerima diprogram apa saja tanpa bisa menolak sedikitpun. Kita justru adalah pencipta komputer, pencipta program-program yang bisa menganalisis baik-buruknya sebuah program. Kita diberi kemampuan untuk menciptakan sejumlah hal berdasarkan bahan baku yang telah lebih dulu diciptakan Tuhan, Sang Maha Pencipta.

*Andrias Harefa

Have a positive day!
Salam Inspirasi,
Mohamad Yunus HR & Training
Manager PT Widatra Bhakti
"You create your own reality"

Labels: ,

posted by adhi @ 8/01/2007 08:43:00 PM   1 comments
 
About Me


Name: adhi
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Template by
Free Blogger Templates