Thursday, September 20, 2007
Buku Gus Mus
Buku Gus Mus



Setelah hampir empat bulan, akhirnya datang juga buku pesananku. Empat buah buku karya Ahmad Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan Gus Mus. Buku-buku ini aku pesan dari Komunitas Mata Air di Surabaya lewat seorang teman lebih tepatnya sahabat. Seorang sahabat bernama Indro "Klowor" Winarko, sahabat seperjuangan kala masih sama-sama "mbabu" di Pizza Hut Galaxy Mall Surabaya.

Kenapa aku pesan buku-buku itu? Jawaban pertama yang muncul pasti karena suka, tertarik, bahkan gandrung. Yaa.... aku lagi gandrung dengan buku yang berjudul Gandrung : Sajak-sajak Cinta A. Mustofa Bisri, terbitan Al Ibriz tahun 2000. Buku itu pertama kali aku kenal dari Hartanto, seorang sahabat kala kuliah di Unair. Saat sedang jagongan dikoridor kampus sambil menikmati waktu istirahat kuliah, Hartanto atau Pak To ini menyodorkan buku Gandrung dalam bentuk fotokopi-an. Katanya, buku itu hasil ngopi dari temannya, yang beli di Jogjakarta dan hanya tersedia di Jogjakarta.

Saat itu juga aku gandrung. Ada sebait kata dari puisi berjudul Al Isyq yang bisa membuatku jatuh cinta dengan buku ini.

"Matamu yang terpejam. Ketiak apak. Mulut mendongak. Puting papak. Bulu-bulu rampak. Setanku yang merangkak. Langit fajar. Mushalla telantar. Tikar terhampar. Sujudku yang hambar."


Selang beberapa minggu, buku (foto kopi-an) itu aku tanyakan ke Pak TO untuk aku pinjam. Ternyata buku itu sudah raib entah kemana, "Gak tahu hilang dikost-an atau hilang di kampus," katanya. Pernah sekali pas dikost-an Pak TO, kita berdua bongkar-bongkar tumpukan buku-buku dia, namun tetap saja tidak ada hasil.

Yang namanya gandrung, tetap saja gandrung. Walau sudah bertahun lamanya, aku tetap saja merindukan buku ini. Rasa kangen itu timbul saat aku akan cuti akhir Mei 2007. Akhirnya aku buka web Gus Mus, disitu aku mendapatkan info bahwa buku itu diterbitkan kembali oleh Mata Air Publishing, Surabaya. Saat cuti, rencana untuk membeli langsung ke komunitas Mata Air tertunda karena terlalu sibuk dolan kesana-kemari.

Akhirnya, setelah cuti habis dan balik ke Bandung aku sempatkan menelepon kantor Komunitas Mata Air. Telepon ke nomor kantor atau ke nomor flexi tidak membuahkan hasil. Finally, aku meminta tolong Indro"klowor" untuk memesankannya langsung dikantor Komunitas Mata Air.

Pemesanan buku-buku ini tidak semudah yang aku bayangkan. Buku-buku ini dipesankan langsung di Kantor Komunitas Mata Air selang seminggu aku telepon Indro. Dia memilih hari libur kerja untuk menuju kantor itu. Disana dia dijanjikan Staf komunitas Mata Air untuk bersabar menunggu, "Buku-buku ini masih dicetak ulang lagi mas. Jadi sampean harus sabar menunggu hingga dua bulan."

Setelah dua bulan berlalu tidak ada telepon atau info dari Komunitas Mata Air akhirnya Indro memilih datang langsung kesana. Dan, disana dia dijanjikan sebulan lagi. Tapi setelah menunggu sekian lama akhirnya buku itu selesai juga proses cetak ulangnya. Alhamdulillah...

Selama menunggu datangnya buku-buku itu aku juga membeli dua buku karya Emha Ainun Najib. Dua buku itu antara lain, Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki, dan Istriku Seribu.

Mengetahui selera buku-buku koleksiku seperti itu, seorang teman menilai kalau karakterku keras. "Makanya orangnya keras, selera bukunya seperti itu. Coba kalau seleranya seperti aku, pasti akan banyak senyum dan lemah lembut," kata temanku yang punya selera baca buku humor dan novel itu.

Apakah benar itu....??? Bagaimana penilaian Anda...???

Labels:

posted by adhi @ 9/20/2007 01:41:00 AM  
3 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
About Me


Name: adhi
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Template by
Free Blogger Templates